Berbicara Tanpa Berpikir




Mulutmu, Harimaumu!
Begitulah kira-kira slogan salah satu iklan di televisi. Iklan yang secara implisit menunjukkan bahwa mulut bisa menerkam empunya jika tidak berhati-hati, dan setiap orang pasti membenarkan dalam hati.
Secara fisik memang lidah tak bertulang agar kita dapat berbicara dengan mudah. Perkataan dapat dengan lancar keluar darinya. Entah itu baik, buruk, halus, ataupun kasar. Meski tak bertulang, lidah ternyata dapat memberikan dampak yang luar biasa. Pertikaian, permusuhan, bahkan pembunuhan dapat terjadi hanya karena sebuah lidah.
Banyak sekali orang yang berbicara tanpa berpikir. Begitu lenturnya lidah sehingga kita sulit untuk mengontrolnya. Umpatan, celaan, bahkan makian bisa dengan cepat meluncur. Meskipun sebenarnya kita bisa memilih untuk menggunakan lidah sebagai alat penghibur dan penyanjung, bukannya malah menyinggung.
Seringkali lidah digunakan tidak pada tempatnya. Disaat harus berbicara serius, malah bergurau. Disaat harus berkata sopan malah tidak tahu aturan. Emosi dikedepankan tanpa kontrol. Sehingga saat lidah salah berbicara, maka akibat buruk dari perkataan akan menerkam diri.
Seandainya kita bisa belajar mengendalikan emosi, maka kita juga bisa mengontrol lidah. Hilangkan dulu emosi seperti kemarahan dan kekecewaan. Maka kata-kata yang kita ucapkan akan sesuai dengan pikiran dan bukannya emosi.
Tahu tempat dan posisi adalah yang harus kita sadari saat akan berbicara. Misalnya kita harus tahu apakah kita sedang menjadi atasan atau bawahan. Kita bertindak sebagai orang tua atau anak. Jika kita bisa menyadari posisi kita, maka saat berbicara pun akan dapat terkendali dengan baik.
Marilah kita berbicara tanpa mengedepankan emosi dan gunakan perasaan. Masukkan cinta kasih dalam setiap perkataan. Dengan begitu kata-kata yang keluar akan selalu menyejukkan hati. Karena kualitas perkataan mencerminkan isi hati kita. Legamkah? Jernihkah?
Saya lebih memilih diam daripada salah berbicara. Anda?



Post a Comment

0 Comments